“Peraturan
kami adalah tetap bermain. Jika orang-orang di band ditarik atau ditangkap,
sedangkan kamu masih bermain, kamu harus tetap bermain selama kamu bisa”. – The
Majorette of Infernal Noise Brigade
“Infernal
Noise Brigade menjaga para demonstran untuk terus berenergi, fokus, dan
fotogenik”, tulis Christopher Frizelle, dalam surat kabar The Strangers, mengomentari aksi Infernal Noise Brigade (selanjutnya
akan disingkat INB) saat protes anti WTO berlangsung. Sementara media lainnya
menyebut INB sebagai sebuah marching band mutan radikal yang memainkan musik
untuk merubah demonstrasi yang membosankan menjadi sebuah pesta jalanan.
INB
terbentuk sekitar dua bulan sebelum aksi demonstrasi anti WTO di Seattle pada
1999. Para pendirinya berasal dari kalangan aktivis maupun musisi serta seniman
yang sebelumnya juga bergabung dalam beberapa band politis dan street performance. Ide awalnya muncul
setelah beberapa dari mereka melihat Barking Bateria, sebuah band samba yang
ikut dalam demonstrasi anti kapitalisme di London. INB dibentuk untuk
memberikan hiburan dan dukungan kepada ribuan orang demonstran yang akan
melakukan blokade sepanjang aksi protes berlangsung.
Musik
yang INB mainkan adalah gabungan berbagai elemen, seperti drumline, breakbeats
dengan ritme tradisional Mughal India juga Balkan yang dimodifikasi serta suara
tabuhan khas Afrika. Pada awalnya INB terdiri dari para perkusionis ditambah
pembawa bendera, medik, dan scout yang berfungsi melindungi barisan, membuka
ruang, dan mengamati kerumunan massa. Sebagai bentuk identifikasi pada setiap
acara yang mereka ikuti, INB tampil memakai seragam yang berbeda. Seragam berwarna
hijau dan hitam untuk aksi politis, sedangkan oranye, hitam, dan perak untuk
acara yang sifat non-politis.
Di
balik gagasan sederhana untuk membentuk sebuah grup marching band, INB
sebenarnya digunakan sebagai bagian dari pengorganisiran aksi demo. Dalam fungsi
taktisnya INB dapat dijadikan sebagai alat yang berguna menggerakan kerumunan
ke lokasi-lokasi strategis untuk memperkuat blokade. INB bisa mencegah
orasi-orasi tanpa akhir juga mengisi istirahat para demonstran dengan mengajak
mereka berdansa dan bergembira. Jika kerumunan massa mulai tidak terkontrol dan
bergerak tidak teratur saat demonstrasi berlangsung, maka musik yang INB
mainkan dapat menjadi media komunikasi yang efektif. Secara psikologis, ritme
musik dari INB dapat menangkis ketakutan dan kepanikan, sekaligus menstimulasi
nuansa perlawanan ke tengah-tengah para demonstran.
Demonstrasi
anti WTO di Seattle menjadi debut pertama INB di depan publik. Gerai korporasi
pertama yang mereka datangi ialah Starbucks, saat orang-orang sedang sibuk sarapan.
Kebisingan yang mereka buat berhasil membuat para pengunjung Starbucks kesal
dan menarik kerumunan demonstran lainnya untuk ikut berdemo di depan gerai
Starbucks. Beberapa saat setelah INB pergi, gerai ini mesti menghadapi
antusiasme demonstran yang berujung penutupan. Di hari pertamanya, barisan INB
hampir berhamburan terkena gas air mata yang ditembakan polisi. Barisan marching
band ini sempat disorientasi karena kepulan asap tebal ditambah beberapa
anggotanya yang terpisah dan hampir tertangkap. Meskipun demikian, para anggota
INB terselimuti kegembiraan saat sekitar 10.000 demonstran menunggu keajaiban
musik mereka saat berhadapan dengan polisi di jalan. Selain memberikan semangat
lebih bagi para demonstran, INB mampu menyedot perhatian media massa.
Kelanjutan
demonstrasi sendiri begitu hebat. Berbagai gerai korporasi dihancurkan para
demonstran. Starbucks, Nike Town, dan McDonald benar-benar mendapatkan serangan
yang sepadan dari para demonstran yang selama beberapa hari berkeliaran di
sekitar pusat kota Seattle. Pertemuan WTO yang sedianya diselenggarakan pada 30
November, gagal total. Sedangkan media benar-benar dimanjakan dalam peristiwa
ini. Berbagai foto dan rekaman kerusuhan menghiasi berbagai surat kabar di AS.
INB yang terlihat menarik di depan lensa kamera, menjadi terkenal sebagai
sebuah grup marching band anarkis, meskipun para anggota INB sendiri tidak
mengklaim dirinya sebagai anarkis.
Setelah
aksi anti WTO, dalam penampilan-penampilan berikutnya, INB memperkaya irama
musiknya dengan menambahkan simbal, horn section (trompet, trombone,
sousaphone, saxophone), sampling (dengan menempelkan iPod ke speaker), dan
nyanyian (dinyanyikan melalui megaphone, biasanya dalam bahasa Inggris, Turki, Ceko,
Spanyol, Libanon, dan Portugis).
Praha,
September 2000, INB kembali hadir dalam demonstrasi besar. Kali ini pertemuan
IMF dan World Bank di Praha menjadi sasaran para demonstran dari berbagai
negara. INB tergabung di jalur biru yang didominasi oleh kelompok anarkis Black
Bloc. Meskipun setiap jalur yang dilewati para demonstran selalu terlibat
konfrontasi dengan polisi, tetapi eskalasi bentrokan lebih keras berada di
jalur biru dibanding dua jalur lainnya [1]. Di jalur ini bom molotov dan batu
jalanan menghujani blokade polisi selama beberapa jam dan sempat memaksa polisi
mundur dilindungi panser. Tepat di belakang barisan demonstran, INB memacu
adrenalin para demonstran menjadi semakin liar.
INB
kembali berhadapan dengan WTO. Pada September 2003, Konferensi Tingkat Menteri
WTO diadakan di Cancun, Mexico. Para demonstran sebagian besar adalah para
petani yang berasal dari berbagai negara, yang memprotes kebijakan liberalisasi
perdagangan. Dalam demonstrasi ini seorang petani asal Korea Selatan, Lee Kyung
Hae, nekad bunuh diri sebagai bentuk protes. INB bersama barisan demonstran
yang terdiri dari para pelajar dari Mexico City, kelompok anarkis, dan aktivis
yang memukul-mukul tong minyak yang dimuatkan ke dalam trolley curian dari
Wal-Mart, menuju pagar tinggi yang melindungi zona luks tempat berlangsungnya
konferensi. Diiringi irama tabuhan drum INB, massa kemudian mengangkat pagar
dan merubuhkannya. Demonstrasi ini berakhir dengan kericuhan.
Sama
seperti para demonstran lainnya yang menjadi bagai dari aksi demonstrasi, INB
mempunyai resiko ditangkap dan terkena represi ketika bermain. Saat protes anti
G8 di Edinburgh, Skotlandia, INB bermain di tengah kepungan. Mereka dikelilingi
polisi berkuda dan helikopter berputar-putar di atas grup marching band ini. Lalu
saat ambil bagian dalam aksi protes di Portland, tiga anggota INB (Jenna
Barrett, Denell Fahy, dan Karl Johnson) ditangkap setelah sebelumnya mendapat
perlakuan represif polisi. Mereka bertiga ditahan dan dihadapkan ke pengadilan.
Hakim kemudian memutus bebas Karl Johnson dan Denell Fahy, namun Jenna Barrett
masih tetap ditahan atas tuduhan menyerang polisi. Sementara di New York pada 2004,
empat anggotanya yakni Valeri Holt, Nataki Jett, Anne Mathews, dan Gillian Rose
ditangkap NYPD dalam sebuah demonstrasi memprotes Konvensi Partai Republik. Tapi
kali ini mereka ditahan sebentar dan dibebaskan setelah membayar tebusan
sebesar US$ 4.000.
Selain
memanaskan aksi demonstrasi, INB memainkan musiknya dalam berbagai acara pesta,
benefit show, parade, dan festival di berbagai negara. INB pernah bermain
sepanggung bersama Jello Biafra, dan ikut berparade dalam Gay Pride Parade
bersama Gwar. Saat ikut ambil bagian dalam show terakhir grup ¡Tckung! [2], selepas
penampilan INB, kerumunan massa penonton melanjutkan kemeriahan acara dengan
membakar boneka George W. Bush. Tidak puas membakar boneka presiden, massa lalu
bergerak dan membakar beberapa mobil polisi.
Selama
tujuh tahun eksistensinya, selain dokumentasi videonya yang terekam pada
berbagai liputan berita, INB mendokumentasikan karyanya dalam beberapa rilisan
audio. Pada 2001, INB merilis album
pertamanya “Insurgent Selections for Battery and Voice” yang berisi 13 track. Aksi
mereka di Cancun yang direkam langsung lalu dirilis menjadi album yang kedua,
bertitel “Vamos a La Playa”. Terakhir INB mengeluarkan single “L’entincelle/Mangera”
dalam format vinyl.
Pada
April 2006, INB resmi membubarkan diri. Saat itu personel aslinya hanya tinggal
beberapa orang saja. Penyebabnya misterius. Namun kemudian para anggota INB
memutuskan untuk membuat final show pada 29 Juli 2006 yang dilangsungkan di
Airport Way South, Seattle. Pada pertunjukan terakhirnya, para anggota INB
tidak lagi mengenakan seragam kebesarannya, mereka terlihat memakai stelan
hitam berjas layaknya saat obituari. Sedangkan para penonton yang hadir seperti
tipikal aktivis anarkis/anti otoritarian, terlihat serba hitam dengan wajah
ditutupi bandana. INB telah banyak bermain di tengah kepulan gas air mata dan
desingan peluru karet tanpa menghentikan ritmenya, namun pada malam itu peti mati
yang sebelumnya diusung oleh beberapa anggota INB kemudian dibakar sebagai
bukti simbolis bahwa INB telah mati.
[1]
Dalam demonstrasi ini, jalan yang dilalui para demonstran menuju tempat
pertemuan dibagi dalam tiga jalur besar, yakni jalur kuning, perak, dan biru. Lewat
ketiga jalan tersebut, demonstran datang untuk mengepung, membangun barikade
manusia sebagai usaha menahan para delegasi Bank Dunia dan IMF agar tidak dapat
pergi meninggalkan tempat konferensi berlangsung. Taktik ini jelas berbeda
dengan apa yang terjadi di Seattle 1999, di mana para demonstrasi justru
dilakukan untuk menahan para delegasi agar tidak mendekati tempat
berlangsungnya konferensi.
[2] Para personel ¡Tckung!
mengklaim mereka sebagai kolektif artis. Dalam penampilannya di panggung ¡Tckung!
memainkan irama perkusi, menggunakan gergaji mesin, dan bor untuk menghasilkan
suara bising, aksi teatrikal yang terkadang sedikit destruktif, bahkan body
piercing, dan tato. Salah satu personel ¡Tckung! adalah Grey Filastine, yang
juga salah satu pendiri INB. Filastine sendiri sekarang bersolo karir sebagai
DJ. Ia memainkan dirty laptop music, menggabungkannya dengan hip-hop,
ritme-ritme Afrika, dengan dibantu oleh penyanyi atau rapper, serta menambahkan
performance art dan statement-statement politis. Tahun 2008, INB dan Filastine
merilis CD yang merupakan proyek pengumpulan dana untuk demonstrasi anti G8 di
Jepang. Filastine sendiri pada tahun itu pernah mengunjungi Indonesia dan
melakukan tour di beberapa kota.
Tulisan ini pernah dimuat di newsletter Samsara yang pernah saya terbitkan pada 2008. Jangan bingung dengan nama Samsara karena memang ada beberapa newsletter dan zine yang menggunakan dengan nama yang sama. Newsletter Samsara yang pernah saya cetak dulu tidak lebih dari 40 eksemplar, dan tulisan ini saya tulis ulang karena softfilenya sendiri sudah hilang entah ke mana. :D
No comments:
Post a Comment