November 1, 2010

An Interview With Ravi Grover


Ravi Grover aka Ravilution adalah salah satu kolumnis di zine hc/punk HeartattaCk (sekarang berganti nama menjadi Give Me Back). Ravi adalah seorang Asia-Amerika, aktivis, dan masih involve di scene hc/punk sebagai penulis zine, serta mempunyai perhatian lebih terhadap sejarah. Wawancara ini dilakukan pada akhir 2008 melalui email, dan wawancara ini pernah diposting di blog saya sebelumnya.

Saya mengenal kamu sebagai kolumnis di Heartattack (HaC). Jadi, bisakah kamu ceritakan bagaimana kamu terlibat sebagai kolumnis di HaC? Dan apa aktivitas kamu sekarang?
Awalnya saya menulis sebuah artikel berjudul “The War on Immigrant” untuk La Resistencia. Saya pikir LR tidak menerbitkan zine mereka, jadi saya kirimkan ke HaC. Sebelumnya saya juga telah menulis artikel tersebut untuk Clamor Magazine. Kemudian salah satu editor dari HaC menyukai apa yang saya tulis dan meminta saya menjadi seorang kolumnis reguler.

Saya juga membuat zine saya sendiri dan menulis untuk beberapa zine-zine kecil sebelum HaC. Sekarang saya sedang mengerjakan beberapa artikel dan mengumpulkan sumber informasi untuk sebuah buku sejarah. Saya juga menulis satu bagian berjudul “Defending Dharma : Why Hindus Should Support The Tibetan Cause” pada Mei 2008 untuk sebuah majalah online. Kami juga mencetak sebuah pamflet yang merupakan gabungan dari tiga kolom yang saya tulis di HaC, berjudul “Culture Theft”. Tulisan tersebut mengenai bagaimana scene punk kulit putih telah mencuri budaya dari orang-orang kulit berwarna untuk fashion, musik, dll.

Beberapa tahun lalu, kolom kamu di HaC diboikot oleh Kent McClard. Tolong ceritakan kejadiannya? Kenapa setelah kejadian tersebut kamu masih menulis untuk HaC? Dan bagaimana hubungan kamu dengan orang-orang di HaC?
Haha. Sungguh lucu ketika hal itu terjadi. Baiklah saya akan menceritakan latar belakang kejadian itu. Saya menulis di sebuah isu HaC di mana scene begitu terlalu banyak mengkritisi Rage Against The Machine. Argumen saya adalah bahwa RATM menggunakan uang dan kepopuleran mereka untuk menolong orang-orang. Setelah saya menulis itu, lalu Kent McClard mengirim email dan memberi tahu saya bahwa dia tidak setuju dengan kolom saya tersebut. Kemudian saya membalasnya dan menerangkan bagaimana pandangan saya. Setelah kolom ini diterbitkan, saya terlibat debat dengan beberapa pembaca HaC. Dari pembicaraan tersebut saya merubah opini saya dan memutuskan bahwa saya telah salah dalam menilai RATM.

Akan tetapi, dalam waktu yang sama saya melihat sesuatu yang aneh, anak-anak punk yang berdiskusi dengan saya tersebut kemudian menjadi sangat marah terhadap sebuah band. Beberapa dari anak punk ini menyatakan bahwa korporat-korporat musik sebagai HAL YANG PALING JAHAT, dan MASALAH PALING PENTING untuk kita lawan. Kita tidak seharusnya mendukung band-band korporat (baca : band mayor-red), tetapi ada permasalahan lain yang harus kita selesaikan terlebih dahulu. Ketika saya menanyakan bagaimana pendapat mereka tentang penghancuran lingkungan, diskriminasi perempuan, atau kemiskinan, mereka selalu  mengatakan bahwa masalah-masalah tersebut perlu dipecahkan. Akan tetapi, mereka tidak begitu marah seperti ketika mereka membicarakan band-band korporat.

Lalu saya mulai berpikir : Tidakkah kita harus marah ketika hidup orang-orang dihancurkan? Salah seorang punk yang berumur 30-an, memberitahu saya bahwa ia begitu marah dan geram ketika melihat band-band punk di MTV. Lalu saya sarankan agar ia berhenti menonton acara-acara musik dan menonton acara berita saja. Bagaimana perasaannya ketika menonton video yang menayangkan tubuh-tubuh yang mati, atau orang-orang yang terbunuh karena perang? Bagaimana perasaannya menonton tayangan di mana orang-orang terkena represi oleh polisi? Hal ini adalah saran saya untuk semua punk yang begitu emosi dan marah dengan MTV. Jika kamu marah dengan band-band korporat, lalu bagaimana pendapat kamu dengan perasaan orang-orang yang mendapat aksi kekerasan?

Ketika sebuah band sign dengan sebuah mayor label, hal tersebut tidaklah menghancurkan hidup siapapun. Hal itu tidaklah merampas hak asazi manusia atau mengangggu kedamaian. Tetapi ketika korporat mencuri tanah dari orang-orang pribumi, hal tersebut menyakiti kehidupan mereka. Ketika sebuah pemerintahan mengeluarkan sebuah hukum yang melarang orang-orang untuk protes, hal tersebut telah mengganggu kebebasan orang-orang. Saya tidak merasa menyesal terhadap scene punk yang begitu marah dan membenci “mainstream”. Ada banyak permasalahan lain di dunia ini yang menurut saya lebih penting.

Setelah diskusi tersebut, saya menulis kolom yang mengkritisi scene yang fokus terhadap band-band korporat. Setelah dikirimkan ke HaC, kolom itu ternyata diboikot dan hanya dipublikasikan secara online. Ada dua hal keliru yang Kent McClard katakan. Pertama, Kent menulis pada saya “beberapa email personal” yang isinya memberitahu saya bahwa RATM begitu buruk. Hal itu tidaklah benar. Kent hanya mengirim sebuah email, dan saya membalasnya satu. Jadi hanya dua pengiriman email antara kami berdua. Mungkinkah ia berbohong tentang ini semua untuk publisitas HaC? Saya tidak yakin dengan alasan dia. Kedua, Kent mengklaim bahwa ia memboikot kolom saya karena saya memberitahu scene untuk mendukung korporat dan memberikan uang mereka untuk band-band besar. Saya tidak pernah mengatakan hal ini. Satu hal yang saya ulangi ialah seharusnya orang-orang fokus dalam isu-isu kemanusiaan daripada berkutat dengan musik. Saya pikir ada sisi baik dengan diboikotnya kolom saya. Tulisan saya mendapatkan publisitas yang bagus dan saya tidak mendapatkan komplain apapun.

Saya memilih terus menulis untuk HaC karena saya pikir suara-suara di scene sangat tidak berimbang. Kebanyakan penulis, editor zine, dan pemilik record label adalah lelaki Amerika kulit putih. Dan juga kebanyakan juga orang-orang di scene punk (termasuk punk di negara dunia ketiga) mengikuti dan belajar dari mereka. Saya ingin menawarkan perspektif yang berbeda.

Seberapa penting etika DIY untuk scene HC/Punk? Dan maukah kamu menjelaskan apakah DIY bisa menjadi sebuah alternatif seperti ketika krisis ekonomi global sekarang?
Hal tersebut sangat penting ketika scene dimulai. Saya pikir DIY adalah sebuah langkah kecil dalam mengambil kontrol sebuah level personal selama krisis ekonomi, tetapi hal itu hanyalah sebuah bagian kecil dari solusi. Saya pikir, satu hal yang salah ialah ketika punk di Amerika Utara mengklaim bahwa jika kamu mempraktekan DIY maka kamu sedang melawan korporasi. Saya membaca sebuah email dari seorang punk amerika yang mengatakan bahwa “kita bisa tertawa dihadapan muka para kapitalis dengan menempatkan musik DIY”. Saya tidak setuju dengan hal ini. Sebagian besar orang miskin telah mempraktekan DIY, mereka membuat rumah, pakaian, dan menanam makanan mereka sendiri.

Apa yang terjadi ketika orang-orang/pemerintah/korporasi ingin mencuri tanah mereka atau mempergunakan anak-anak sebagai buruh murah? Apakah mempraktekan DIY dapat menghentikan eksploitasi kapitalis? Tidak sama sekali. DIY tidak akan membawa equality atau menciptakan keseimbangan antara si kaya dan si miskin. Solusinya ialah mengorganisir masyarakat, membangun aliansi, dan menghadapi siapa pun yang merugikan masyarakat – itu semua untuk menambah praktek DIY.

Saya dengar kamu menulis sebuah buku tentang Sejarah Asia Selatan, kalau begitu saya ingin mengetahui tentang hal tersebut (proses dan sumber sejarah yang kamu temukan)? Dan mengapa kamu menulis itu? saya pernah belajar sejarah di universitas selama lima tahun, dan sadar jika sejarawan adalah pekerjaan yang mengagumkan seperti yang Indiana Jones lakukan di filmnya.haha.
Sejarah Asia Selatan adalah sebuah subjek yang menarik bagi saya setelah saya mulai mempelajari Sejarah Afrika. Untuk waktu yang begitu lama, sejarawan barat menyatakan bahwa peradaban dunia kuno yang hebat dimulai oleh orang kulit putih. Mereka mengatakan bahwa piramida di Mesir dan Ethiopia dibangun oleh orang-orang kulit putih – sampai terungkap bahwa orang-orang Afrika kulit hitam lah yang membangun peradaban ini.

Ada sebuah teori yang dikemukakan oleh seorang Jerman yang mengatakan bahwa peradaban di India dimulai setelah terjadinya penaklukan oleh Arya kulit putih. Bangsa Arya lah yang memperkenalkan bahasa, agama, dan sastra untuk bangsa India yang bodoh dan terbelakang. Teori ini masih dipercayai hingga kini oleh banyak orang yang juga percaya bahwa orang India adalah keturunan orang kulit putih (hal ini telah nyata terbukti salah bahwa justru kebanyakan orang India mempunyai kesamaan DNA dengan orang Afrika). Tidak ada satu pun bukti yang menyatakan bahwa invasi orang kulit putih dan peradaban India adalah salah satu kebudayaan tertua di bumi.

Kenapa sejarawan barat berbohong kepada dunia tentang hal ini? Karena mereka ingin kita berpikir bahwa kita adalah orang-orang negara dunia ketiga yang primitif yang memang seharusnya dikolonialisasi dan diberadabkan oleh mereka. Kenyataannya adalah ketika kota-kota dan universitas tumbuh pesat di Afrika, Asia, dan bahkan di Amerika Latin, Eropa masih berkembang dan mencoba untuk berhubungan dengan dunia. Jika tidak ada satu pun orang Persia, Ethiopia, India, Cina, Arab, dll yang mengajarkan orang Eropa mengenai matematika, astronomi, arsitektur, atau menulis/membaca, maka tidak akan ada peradaban Romawi atau Yunani.

Ketika Eropa mengalami zaman kegelapan, peradaban di belahan dunia lainnya tengah mengalami perkembangan pesat dalam pendidikan dan perdagangan. Orang-orang di Harrapa telah mempraktekan yoga, membangun kota dengan sistem pengairan, pengobatan, dan ilmu perbintangan. Jalur Sutra terbentang antara Cina melewati Asia Selatan, Timur Tengah dan sampai Afrika, dengan beragam orang yang berdagang dan dengan beragam bahasa. Terdapat referensi dalam Injil yang menyatakan bahwa Raja Solomon (Sulaeman-red) mengimpor kayu sandal ke kuilnya di Ethiopia. Kayu Sandal hanya ada di India, dengan begitu hal ini menunjukan bahwa telah ada komunikasi antara orang-orang di seluruh dunia. Di Meksiko, terdapat peninggalan-peninggalan patung Afrika, Cina dan India, yang membuktikan bahwa telah ada interaksi jauh sebelum Columbus, dan jauh sebelum barat mengkolonialisasikan dunia.

Ada banyak buku-buku politik yang mendiskusikan pergerakan kemerdekaan India melawan Inggris atau penggerakan di tahun 1960-an di seluruh dunia adalah di mana orang-orang kulit hitam memberontak melawan rasisme. Hal ini penting untuk dibaca mengenai rasisme. Sejarawan barat berusaha meyakinkan kita bahwa orang kulit putih membawa dunia bersatu setelah kolonialisasi dan bahwa orang-orang asli Afrika, Asia, dan Amerika tidak pernah saling mengetahui satu sama lain. Hal ini sama sekali tidak benar. Yunani, Romawi, dan Arya, bukan satu-satunya yang beradab dan memperadabkan dunia. Ini perlu diteliti lebih lanjut.

Pertanyaan ini tentang Hare Khrisna. Maukah kamu menjelaskan, moralitas (atau hanya fashion) dari Hare Khrisna yang dicuri oleh HC/Punk di AS?
Hare Krishna menjadi begitu fashionable pada tahun 90-an ketika band seperti Shelter dan 108 menjadi terkenal. Banyak dari fans kulit putih mereka memutuskan memulai mengenakan tasbih dan membawa Bhagavad Gita. Mengenakan benda-benda sakral (seperti tasbih Rudaksha atau kaos bergambar Khrisna) adalah sangat tidak hormat. Sangatlah tidak hormat sekali dengan mengubah sejarah, budaya, dan kepercayaan sebuah bangsa menjadi hanya sekadar fashion.

Jika anak-anak kulit putih tertarik dengan Hindu, maka mereka dapat membaca buku. Tetapi mereka malah menghabiskan uang mereka untuk fashion yang seharusnya dapat dipergunakan untuk menolong kemiskinan di Asia Selatan. Atau mereka dapat mendonasikan uang mereka untuk organisasi-organisasi di negara-negara dunia pertama yang mempromosikan hak azasi manusia untuk kepercayaan minoritas seperti Sikh, Hindu, dan Islam. Ada banyak orang dari Asia Selatan dan Arab yang diserang dan terbunuh setelah kejadian 9/11. Orang-orang kulit putih yang mengetahui bahwa orang-orang ini haruslah ditolong bisa dengan memberikan penyuluhan bagi orang kulit putih lainnya yang ingin menyerang minoritas. Hal tersebut lebih baik daripada menghabiskan uang mereka untuk fashion. 

Apa pendapat kamu mengenai hegemoni hc/punk AS terhadap scene hc/punk di negara dunia ketiga? Apakah hegemoni tersebut didukung oleh logika “mainstream”?
Kita seharusnya tidak melihat orang kulit putih Amerika/Eropa untuk kepemimpinan ataupun inspirasi. DIY eksis di seluruh dunia jauh sebelum punk kulit putih menemukan istilah DIY. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kita mempunyai peradaban yang begitu maju sejak beribu-ribu tahun lalu. Jika tidak ada orang Afrika, Asia, dan orang asli Amerika, maka orang kulit putih tidak akan dapat belajar bertahan di Eropa dan Amerika. Kebanyakan orang-orang dunia ketiga bertahan dengan DIY jauh sebelum kolonialisasi. HC/Punk dunia ketiga tidak memerlukan HC/Punk dari dunia pertama untuk membantu mengorganisir scene mereka atau belajar tentang rekaman atau clothing DIY.

Bagaimana hal ini menghentikan penghancuran dunia ketiga? Apakah hal tersebut membantu orang-orang yang tertindas? Negara dunia pertama tidaklah memahami pengalaman negara-negara dunia ketiga. Sebagai contoh, punk kulit putih di negara dunia pertama yang menolak pendidikan tidak dapat memahami bagaimana seseorang di negara dunia ketiga bisa buta huruf dan tidak mendapat pendidikan yang layak. Kondisi mereka tidaklah sama.

Masalah lainnya ialah orang-orang yang ingin “membawa punk ke seluruh dunia” atau “ingin mengajarkan DIY”. Lihatlah seperti di India yang terdapat 300 juta orang miskin yang dalam satu harinya menghasilkan kurang dari $1 dollar. Apakah musik punk amat penting ketika kebanyakan orang tidak dapat membeli rekaman, gitar ataupun pakaian?

Pertama, menangani masalah adalah hal yang lebih penting : melawan kemiskinan, persamaan gender, memperbaiki pendidikan. Ketika permasalahan ini telah bisa ditangani, dan masyarakat telah mendapatkan makanan dan pakaian yang layak, maka kamu baru bisa berbicara tentang musik (yang mana begitu mewah).

Hal menganggu lainnya ialah punk-punk dari negara pertama yang ingin mengunjungi negara dunia ketiga untuk “mengajarkan DIY”. Orang-orang negara dunia ketiga tidaklah bodoh, dan tidak perlu diajari oleh orang barat. Seperti salah satu contohnya ialah ketika seorang teman saya mengatakan bahwa orang-orang belajar mengenai isu vegetarianisme melalui band HC yang bernyanyi mengenai animal rights. Tipikal punk seperti dia percaya bahwa HC diperlukan untuk mengajari orang-orang di seluruh dunia.

Padahal lebih dari 2500 tahun lalu, Budha berkelana melewati Nepal dan India sambil mengajarkan bagaimana menghargai binatang. Hindu yang lebih tua 5000 tahun juga mempromosikan ide-ide vegetarianisme. Di Afrika terdapat tradisi seni yang bisa dikatakan DIY. Para pengamen berkelana dari desa ke desa dan menyanyikan lagu atau memainkan instrumen – semuanya dengan etika yang kini dikenal sebagai DIY. Mengapa kita harus belajar dari scene HC/Punk barat yang hanya berusia 30 tahun ketika orang-orang kulit berwarna telah mengenal pengetahuan ini jauh lebih lama?

Sebelum terbunuh, Malcolm X mempromosikan ide-ide yang mengajak agar orang-orang negara dunia ketiga tidak memerlukan kepemimpinan dari orang kulit putih. Ia membangun persahabatan dengan bangsa-bangsa Afrika dan Arab untuk mendukung orang-orang yang terjajah. Hal seperti ini terjadi sebelum kolonialisasi – kerjasama antara beragam orang tanpa adanya superioritas salah satu pihak, dan setiap orang saling memperlakukan satu sama lain dengan sama.

Saran saya untuk anak-anak di Indonesia yang membaca zine ini adalah agar membangun pertemanan dengan orang-orang di negara dunia ketiga lainnya. Cobalah hubungi orang-orang/scene di negara lain di Asia dan Amerika, atau orang-orang kulit berwarna di Amerika Utara. Kamu akan menemukan kecerdasan, kearifan, dan ketulusan di antara orang-orang kulit berwarna di seluruh dunia sama seperti dengan yang kamu temukan pada punk kulit putih, bahkan lebih baik.

Di AS, orang-orang kulit putih berpikir bahwa AS adalah negara yang paling baik dan bertanggung jawab untuk memberadabkan orang-orang di belahan dunia lainnya. Mereka mempunyai kepentingan menyebarkan budaya barat ke seluruh dunia. Seorang teman saya mengunjungi keluarganya di Asia dan melihat juga scene punk di negara asalnya tersebut. Dia mengatakan bahwa ketika band-band kulit putih datang ke negaranya, mereka mendapat respect yang lebih daripada band yang berasal dari negara lainnya di Asia. Hal ini sungguh bodoh! Tolong JANGAN perlakukan orang asing berkulit putih seperti seorang raja, karena dengan begitu supremasi kulit putih akan berlanjut. Mereka terus berpikir bahwa orang-orang negara ketiga ada orang-orang yang tunduk dan orang kulit putih itu seperti mempunyai hak untuk berlaku layaknya rockstar.

Kalau begitu saya ingin menanyakan bagaimana pendapatmu mengenai Straight Edge yang hanya fokus pada animal rights tetapi tidak banyak memberikan perhatian pada masalah kemanusiaan atau kapitalisme? Apakah hal ini berkaitan dengan Hare Krisna yang saya tanyakan sebelumnya?
Saya adalah seorang yang bebas drug ataupun alkohol, dan juga seorang vegetarian, tetapi saya paham dengan pertanyaanmu. Kembali pada apa yang saya katakan sebelumnya tentang mengapa punk dunia ketiga seharusnya TIDAK mengekor pada punk kulit putih di negara dunia pertama. Punk-punk kulit putih tidaklah mempunyai masalah yang begitu nyata, sehingga mereka memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang tidak mengancam seperti musik. Sejak scene kulit putih tidak mempunyai masalah-masalah yang nyata, mereka dapat memilih permasalahan apa yang ingin mereka perhatikan atau enyahkan. Jadi, ada banyak anak kulit putih yang tidak mempedulikan kapitalisme tetapi hanya concern pada sxe dan animal rights.

Akan saya jelaskan masalah saya dengan Hare Krisna. Saya mempraktekan hindu, tetapi Hare Krisna tidak menyebut diri mereka Hindu. Mereka bilang berpisah dengan Hinduisme. Mereka juga berusaha untuk menarik pengikutnya dari orang-orang kulit putih dan untuk mendapatkan uang mereka menjual buku, dll. Pendiri organisasi ini pernah berkomentar dalam buku-buku Hindu, yang mana saya tidak setuju dengan pendapatnya (terutama komentarnya mengenai perempuan).

Scene punk kulit putih tidak terlebih dahulu menelaah apa yang mereka lakukan. Jika sebuah band mengatakan suatu hal adalah keren, lalu scene akan fokus terhadap hal tersebut. Baik itu band-band, penulis zine, dan yang lainnya sebenarnya dapat menggunakan pengaruh mereka untuk mendorong scene melakukan sesuatu yang lebih positif, tapi mereka tidak melakukannya. Mereka hanya mendorong scene untuk fokus pada animal rights sekaligus tidak mempedulikan isu-isu kemanusiaan, atau mereka mendapatkan apa yang mereka curi dari budaya negara dunia ketiga tetapi mereka tidak menganalisa apa yang mereka curi itu. Saya ingin mengatakan hal ini lagi untuk punk di negara dunia ketiga – kamu tidak perlu menjadi imitasi scene negara dunia pertama.

Siapa yang paling berpengaruh bagi hidup kamu? Apa buku atau penulis favorit kamu sekarang?
Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab karena ada banyak orang dan pengalaman yang berpengaruh bagi hidup saya. Namun saya akan menuliskan beberapa buku yang mempengaruhi pemikiran saya :

-          Everybody was kung fu fighting : Afro-Asian connections and the myth of cultural purity.
-          From Babylon to Timbuktu: a history of the ancient Black races.
-          Forbidden Archaeology (a shorter version of this book is The hidden history of the human race)
-          Myth of the aryan invasion of India
-          Autobiography of Malcolm X
-          Plant roots: 101 Reasons why the human diet is rooted exclusively in plants
-          Food for the Gods: vegetarianism and the world's religions
-          1421: the year China discovered America
-          The darker nations: a people's history of the 3rd world

2 comments:

  1. boleh saya publish di zine saya gak interview ini? kalo boleh saya minta kontak e-mail kamu dong? hatur nuhun ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bebas, silahkan aja kl mo dimuat. bisa kontak sy di rylsick@yahoo.com

      trims.

      Delete